Agar Perpustakaan Tidak Kalah oleh Kantin

Perpustakaan Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan Webinar dengan tajuk “Perpustakaan Sekolah Tetap Eksis di Masa Pandemi Covid-19,” Rabu, 1 Juli 2020. Webinar ini dihadiri setidaknya 270 guru-guru SMP dan SMA dari seluruh penjuru Indonesia. Webinar ini menghadirkan empat narasumber yakni: Amirul Ulum, S.Sos., M.IP., dengan materi “Re-opening Perpustakaan Sekolah Pasca Pandemi Covid-19”; Eko Setiawan, S.Sos., dengan materi “Strategi literasi informasi dalam penunjang pembelajaran”; Lasi, S.Sos, dengan materi “Pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang literasi informasi”; dan Kristina, S.Sos., M.IP., dengan materi “Memahami dan mencegah plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah”.

Pada kesempatan pertama, Amirul Ulum, S.Sos., M.IP., sebagai Direktur Perpustakaan memberi sambutannya kepada seluruh hadirin. “Kita akan bersama-sama sharing bagaimana mengelola perpustakaan sekolah di masa normal baru, saat pandemi Covid-19 ini,” jelas Amirul.

Webinar ini adalah agenda rutin yang dibawakan oleh perpustakaan Ubaya. Biasanya acara ini dilakukan secara o‑ine, namun karena wabah Covid-19 maka webinar kali ini dilakukan secara online. “Harapannya semua pemateri akan menambah pengetahuan bapak ibu sekalian,” jelasnya lagi.

Acara ini juga dihadiri oleh Ir. Benny Lianto, MMBAT, selaku Rektor Universitas Surabaya. Pada kesempatan ini Benny juga mengingatkan bahwa webinar ini akan bermanfaat untuk perkembangan best practices pustakawan yang hadir.

“Kita bersyukur karena kita sehat, tetap bisa berkarya, dan tetap bisa terus berbagi dalam bentuk apa saja. Termasuk ilmu,” jelas Benny. Ia pun menjelaskan bahwa Covid-19 memberi tantangan lebih kepada banyak sektor, terlebih lagi perpustakaan. Oleh karena itu webinar seperti ini penting untuk mencari terobosan dan bentuk-bentuk layanan baru. “Agar perpustakaan sekolah bisa eksis di masa pandemi,” terangnya lagi.

Keempat pembicara menyampaikan materi yang beragam. Mulai dari perbedaan mendasar layanan o‑ine dan online, penyesuaian yang harus dilakukan pada tahap manajemen, tata kelola buku ataupun dokumen, serta layanan literasi informasi yang integratif sehingga mampu menunjang pembelajaran guru. Eko, salah satu pembicara menekankan bahaya tidak adanya literasi informasi dalam proses pembelajaran.

“Karena semenjak ada Covid-19, maka kita mencari data dan informasi dari internet. Bahayanya, informasi yang bagus dan palsu saling berjubel. Karena ini perlu adanya literasi informasi,” jelas Eko. Banyak hal yang didapatkan pada sesi materi, sehingga peserta aktif bertanya pada sesi diskusi. Salah satunya adalah Isran Elnadi dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan Universitas Bengkulu. Ia menanyakan tips dan trik supaya perpustakaan tidak kalah sepi dibanding dengan kantin. “Sebab perpus kok kalah sepi disbanding kantin,” jelasnya lagi.

Mengenai hal ini, Amirul pun menegaskan bahwa memang kantin itu memenuhi ­sik, sementara perpustakaan memenuhi kebutuhan psikologis dari segi pengetahuan dan pemahaman informasi. “Oleh karena itu image ini yang harus dibangun oleh perpus secara terus menerus,” jelas Amirul. (sml)

Sumber: Media Internal UBAYA – Keluwih No.64/ Juli 2020